Ririn

Ririn
Cha'Roron

Rabu, 04 April 2012

UTS BK


JAWABAN

1. a. Bimbingan dan konseling memiliki posisi penting dalam pendidikan disekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa. Adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat tercapainya perkembangan peserta didik yangoptimal, sehingga pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar
Bimbingan konseling (BK) sebenarnya telah ditempatkan pada posisi yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, Pada dasarnya disekolah ada tiga komponen yang sangat penting yang dapat mewarnai suatu sekolah yaitu pertama Manajemen dan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, kedua bidang pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru bidang studi, dan yang ketiga adalah bidang pembinaan kesiswaan yang dilaksanakan oleh seluruh personil sekolah baik tenaga pendidik maupun non kepenndidikan. Dari ketiga bidang tersebut keberadaan BK ada pada bidang ketiga yaitu pembinaan kesiswaan berkaitan dengan pembentukan sikap kepribadian dan pengembangan bakat minat dalam upaya pengembangan dirinya secara optimal. Ketiga bidang tersebut seharunya mampu berjalan sinergis dan integral saling berhubungan, harmonis dalam mencapai tujuan pendidikan disekolah.  Namun pada kenyataanya pelaksanaan BK disekolah masih banyak mengalami hambatan dan kritikan  dikalangan siswa, masyarakat dan bahkan teman sejawat sendiri seperti guru dan kepala sekolah  yang merasa belum merasa puas dengan kinerja BK disekolah. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi guru BK untuk dapat merefleksi diri tentang kinerjanya selama ini disekolah, bagaimana supaya keberadaan BK di sekolah dapat dirasakan manfaatnya terutama oleh siswa rekan sejawat dan masyarakat.
b. Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan. Upaya bantuan ini dilakukan secara terencana dan sistematis untuk semua peserta didik berdasarkan identifikasi kebutuhan mereka, pendidik, institusi dan harapan orang tua dan dilakukan oleh seorang tenaga profesional bimbingan dan konseling yaitu konselor. Prof.Dr.H.Prayitno,M.Sc.Ed dalam bukunya “Dasar-dasar Bimbingan dan konseling” (1994) menyatakan bahwa “tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status social ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam hal ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interprestasi,pilihan, penyesuaian, dan ketrampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.” Melihat dari apa yang diuraikan di atas dan membandingkannya dengan kenyataan yang ada di lingkungan pendidikan kita saat ini, masih banyak permasalahan-permasalahan atau kesalahpahaman dalam bidang bimbingan dan konseling ini. Permasalahan itu timbul mungkin karena bimbingan dan konseling itu digeluti oleh berbagai pihak dengan latar belakang yang sangat bervariasi.Disamping itu juga kurangnya literatur sehingga pemahaman mereka tentang bimbingan dan konseling kurang. Sabar Rutoto dalam tulisannya yg berjudul “Menyongsong Pelayanan Bimbingan Konseling Sekolah di Era Modern” di Majalah Ilmiah Pawiyatan, menyatakan : Kenyataan dilapangan menunjukan masih adanya titik lemah dalam pelaksanaan BK. Kelemahan itu diantaranya adalah masih banyak tenaga pelaksana tidak berpendidikan khusus bimbingan : kalau ada tenaga khusus bmbingan mereka berpendidikan jenjang sarjana angkatan tahun delapan puluhan yang note bene materi pada waktu itu masih minim. Ada tenaga berkualifikasi penuh tetapi jumlahnya kurang dibandingkan dengan jumlah siswa yang harus dilayani atau mereka harus merangkap mengajar atau tugas-tugas lain yang tidak ada relevansinya. 

c. Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
·         Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
·         Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut
·         Mengalih tangan kasuskan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
·         Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan)
·          Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling
·          Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu
·         Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus
·         Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya

2. a. Pengertian komperehensif adalah Program bimbingan dan konseling yang berbasis pada pendekatan komprehensif, meliputi empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif; (3) perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program tersebut, dalam konteks memfasilitasi perkembangan konseli secara optimal, dapat dijelaskan dalam bagan berikut:
1. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Penggunaan instrumen assesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Assesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman terstruktur yang disebutkan.
2. Pelayanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling crisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
3. Pelayanan Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan desempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil assesmen dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.
4. Dukungan Sistem
Ketiga komponen di atas merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personil pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking); (b) kegiatan manajemen; dan (c) riset dan pengembangan.
Pengertian Perkembangan adalah Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi ( Santrok Yussen. 1992). Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai ahir hayat yang bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam diri individu.
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock ). Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya ( Kasiram, 1983 : 23), menandung arti bahwa perkembangan merupakan peubahan sifat indiviu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan yaitu merupakan perubahan individu kearah yang lebih sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya individu sampai ahir hayat dan berlangsung secara terus menerus.
b. Sebagai administrator,  kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya.  Karena posisinya yang sentral,  kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling.  Ia membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
Secara lebih terperinci, Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai berikut:
1.      Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling;
2.      Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya menurut keperluannya;
3.      Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;
4.      Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling;
5.      Memperkenalkan peranan para konselor  kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid atau dalam bulletin-buletin bimbingan dan konseling;
6.      Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara para konselor, guru dan pihak  lain yang berkepentingan dengan layanan bimbingan dan konseling;
7.      Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling;
8.      Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif (dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana dalam kelas);
9.      Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang  program bimbingan dan konseling dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf sekolah;
10.  Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik klasikal,  kelompok maupun individual;
11.  Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.
Sementara itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992), mengemukakan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:
1.      Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan dan konseling;
2.      Memilih dan menentukan para konselor;
3.      Mengembangkan sikap-sikap yang favorable di antara para guru, murid, dan orang tua murid/masyarakat terhadap program bimbingan dan konseling;
4.      Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan konseling, misalnya para petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan sebagainya;
5.      Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang pekerjaan/jabatan;
6.      Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling;
7.      Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak mengganggu jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari.

Dari uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai berikut:
1.      Staff selection. Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang cocok untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini mengadakan analisa untuk mengetahui apakah diantara staf yang ada terdapat orang yang sanggup melakukan tugas yang lebih spesialis.
2.      Description of staff roles. Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah dapat meminta bantuan kepada anggota staf yang lain.
3.      Time and facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan fasilitas untuk kepentingan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
4.      Interpretation of program. Menginterpretasikan program bimbingan dan konseling kepada murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat yang membantu program bimbingan dan konseling. Dalam menginterpretasikan program bimbingan dan konseling mungkin perlu bantuan dari staf bimbingan dan konseling, tetapi tanggung jawab terletak pada kepala sekolah sebagai administrator. (R.N. Hatch dan B. Stefflre, dalam Kusmintardjo, 1992)

c. Beberapa hasil penelitian tentang iklim kehidupan keluarga dan tentang pola perlakuan orang tua terhadap anak antara lain yang dilakukan oleh Sunaryo Kartadinata (1984), Syamsu Yusuf (1987), dan Agus Taufik (1991) menunjukkan bahwa iklim kehidupan keluarga yang kooperatif antara orang tua dan guru, memberi pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Hasil penelitian tersebut jyga mendukung hasil penelitian Boy dan Angelo (1978) tentang bentuk-bentuk peran yang diharapkan dilakukan oleh orang tua siswa dalam rangka pelaksanaan pendidikan sekolah pada umumnya dan bimbingan pada khususnya, antara lain sebagai berikut :
·         Mengadakan Konsultasi
Pada waktu-waktu tertentu atau secara periodik, orang tua mengadakan komunikasi dengan sekolah terutama guru, baik diminta pihak sekolah maupun tidak untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
·         Memberi Balikan
Orang tua seyogianya memberikan balikan kepada guru tentang aktivitas belajar dan kemajuan belajar yang dicapai oleh anak.
·         Menjadi Sumber Belajar
Orang tua yang memiliki kemampuan, keahlian atau keterampilan tertentu, bisa berperan sebagai sumber belajar atau latihan bagi siswa.
·         Berbagi Informasi
Ada kalanya orang tua siswa adalah seorang yang terpelajar, mungkin berprofesi sebagai guru, sarjana psikologi atau ahli pertanian. Biasanya kaum terpelajar seperti itu sangat peduli terhadap pendidikan, mereka suka membaca dan berdiskusi tentang isu-isu atau masalah-masalah pendidikan. Para guru sebaiknya mengambil inisiatif untuk berbagi pendapat dan informasi tentang karakteristik anak dan cara membelajarkan anak.
·         Mengetahui Jadwal Belajar
Orang tua harus mengetahui jadwal kegiatan belajar dan kegiatan lainnya yang diikuti oleh anak di sekolah. Dia harus yakin pada hari tertentu dan pada jam tertentu anaknya sedang belajar atau berada di sekolah untuk melakukan kegiatan tertentu yang bermanfaat, bukan di tempat yang salah.
·         Mengetahui Kondisi Sekolah
Orang tua tidak hanya cukup mengetahui bahwa anaknya belajar di sekolah tertentu tanpa mengetahui bagaimana sesungguhnya kondisi fisik dan lingkungan sekolah anaknya.


·         Berdialog dengan Anak
Baik orang tua maupun anak, memiliki kebutuhan untuk saling mengetahui dan saling memperhatikan bagaimana tugas dan aktivitasnya masing-masing. Pada waktu-waktu tertentu, orang tua harus mengambil inisiatif untuk berdialog dengan anaknya, menanyakan bagaimana kegiatan belajarnya baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini penting dilakukan agar ada slaing pengertian antara orang tua dan anak.
·         Memberi Ganjaran atau Balikan kepada Anak
Seringkali seorang anak merasa senng dan meminta ganjaran atau balikan dari orang tuanya atas keberhasilan/kegagalan belajar yang dicapainya.
·         Memberi Bantuan atau Dukungan yang Dibutuhkan oleh Anak
Pada saat-saat tertentu anak mengalami kesulitan, hambatan dan kendala tertentu baik dalam rangka kegiatan belajarnya maupun kegiatan sosiala pribadinya. Orang tua sebaiknya memberi bantuan dan atau dukungan yang diperlukan oleh anak.
·         Mengembangkan Kebiasaan Belajar yang Baik
Kebiasaan yang terbentuk pada masa sekolah akan menentukan kepribadian atau karakternya di masa depan. Demikian halnya dalam hal belajar. Jika kebiasaan belajarnya baik pada waktu di SD maka besar kemungkinan akan baik pada masa-masa berikutnya.
·         Berupaya Memenuhi Perlengkapan Belajar
Orang tua harus berupaya sekuat tenaga untuk memenuhi perlengkapan belajar yang diperlukan oleh anak. Memang sekarang mungkin memberatkan bebannya, namun di masa mendatang orang tua dan anak akan memetik hasilnya.
·         Menerima dan Menghargai Individualitas Anak
Anak memiliki hak untuk dihargai dan diterima sebagaimana adanya. Dengan penerimaan dan penghargaan yang tulus, wajar, dan normatif maka anak akan berkembang menjadi manusia yang bermartabat. Orang tua berkewajiban memperlakuakan anaknya dengan penerimaan dan penghargaan tanpa syarat.
·         Memperlakukan Anak Sesuai Norma Sosial
Sebaiknya orang tua tetap waspada dan secara konsisten memperlakukan anak sesuai dengan norma agama yang dianut dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.
·         Membantu Warga Masyarakat
Bagi orang tua siswa yang mampu, sebaiknya dia memberi bantuan tertentu kepada masyarakat yang tidak mampu membiayai keperluan sekolah anaknya.dalam hal ini guru dapat mengindentifikasi orang tua siswa yang dianggap mampu dan memberi ajakan sedemikian rupa supaya mau membantu orang yang tidak mampu memenuhi keperluan sekolah anaknya.

3. a. Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”.
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar : (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang diberikan, disamping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa SLTP/SLTA, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi tersebut, di antaranya : (a) fungsi agama bagi kehidupan, (b) pemantapan pilihan program studi, (c) keterampilan kerja profesional, (d) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (e) perkembangan dunia kerja, (f) iklim kehidupan dunia kerja, (g) cara melamar pekerjaan, (h) kasus-kasus kriminalitas, (i) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (j) dampak pergaulan bebas. Materi lainnya yang dapat diberikan kepada para siswa adalah sebagai berikut:
·         Pengembangan self-esteem
·         Pengembangan motif berprestasi
·         Keterampilan pengambilan keputusan
·         Keterampilan pemecahan masalah
·         Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi
·         Memahami keragaman lintas budaya
·         Perilaku yang bertanggung jawab

b. Melalui program menghargai diri sendiri dan orang lain siswa dapat memperoleh manfaatnya, antara lain : Respek adalah rasa hormat. Bukan sekedar hormat saja, tapi juga hormat yang disertai rasa kekaguman. Bisa dibilang ini adalah tingkat lanjutan dari simpati. Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal yang dilihat secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang tertentu baru muncul setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si orang yang direspek dengan lebih dalam. Misalnya setelah berkenalan dengan seorang teman, kemudian dalam tempo waktu tertentu menyadari bahwa dia ahli dalam suatu bidang, bisa jadi timbul rasa respek terhadap teman itu. Respek tidak sama dengan rasa takut. Rasa hormat dan penghargaan adalah kasih sayang dan kesadaran bahwa diri adalah bagian dari sebuah masyarakat, dalam hal ini, masyarakat sekolah. 
Jadi kesimpulannya, respek terhadap diri sendiri adalah rasa hormat dan kagum terhadap kemampuan diri sendiri. Sedangkan respek terhadap orang lain adalah rasa hormat-menghormati serta mengagumi kepribadian orang lain.
ü  Cara Menghargai (respek) Diri sendiri dan Orang Lain
Adapun cara yang dapat kita lakukan untuk menhargai diri kita sendiri atau respek terhadap diri sendiri yaitu:
·         Menerima diri apa adanya
Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya.
·         Menghindari perilaku yang merusak diri.
Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan.
·         Memupuk rasa malu.
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita skizofrenia.. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.

·         Menjaga nama baik.
Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama  sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi kita. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik.
·         Menjaga perilaku tetap baik.
Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup.
·         Kenali Diri Sendiri
Mengenali diri merupakan sebuah proses yang menuntut kejujuran kita dalam melihat dan mengevaluasi diri. Hanya dengan kejujuran inilah kita bisa mengidentifikasi keunggulan kita dan hal-hal dalam diri kita yang masih perlu kita perbaiki ataupun kembangkan lebih lanjut.
·         Menghargai Diri sebagai Ciptaan Tuhan
Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan membuat kita tetap rendah hati walaupun telah diberi kesempatan menikmati banyak kesuksesan. Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan juga dapat membuat kita lebih tegar dalam menyikapi kelemahan kita.
·         Sadari bahwa kita ini unik
Yakinlah bawwa diri kita adalah unik dan tidak ada yang bisa menduplikasi dari keunikan kita. Dari jumlah manusia yang milyar angkanya , tidak ada yang seperti kita sebelum kita hadir di dunia ini, dan tidak ada yang seperti kita pada saat kita ada didunia ini, lebih lagi di masa akan datang tidak aka nada yang bergerak, berbicara dan berpikir sama persis seperti kita.

·         Atasi Kelemahan diri
Kita seringkali tidak mau mengakui kelemahan kita. Kita sering kali mengandalkan penilaian orang lain semata terhadap kelemahan kita. Padahal sebenarnya jika kita jujur, kitalah orang yang seharusnya lebih tahu kelemahan kita sendiri. Jika kita jujur, kita mungkin mendapatkan bahwa kelemahan kita mungkin saja bukan kelemahan, tetapi kesalahan yang kita lakukan
·         Kembangkan Diri Anda
Setelah kita mampu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kita, kita perlu membiarkan diri kita dibentuk menjadi lebih baik. Dalam hal ini kita tidak bisa melakukannya sendirian. Selain berusaha, kita perlu juga mengandalkan Sang Pencipta untuk membantu usaha pengembangan diri kita.
 Adapun cara untuk meraih respek terhadap orang lain adalah:
• Jangan orang menghina atau mengolok-olok mereka.
• Mendengarkan orang lain ketika mereka berbicara.
• Nilai orang lain pendapat.
• Pertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan orang lain.
• Jangan mengejek atau menggoda orang .
• Jangan bicara tentang orang-orang di belakang mereka .
• Jadilah peka terhadap perasaan orang lain .
• Jangan menekan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia tidak ingin melakukannya
beberapa cara kita bisa menghormati orang yang berbeda dari kita:
• Cobalah untuk belajar sesuatu dari orang lain .
• Jangan Pernah stereotip orang .
• Menunjukkan minat dan penghargaan untuk budaya dan latar belakang orang lain.
• Jangan pergi bersama dengan prasangka dan sikap rasis
ü  PRINSIP MEMBINA HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN MAUPUN DIRI SENDIRI
Untuk Mendapatkan Respek Terhadap Diri Sendiri Maupun Orang Lain Terlebih Dahulu Kita Menjalin Hubungan Dengan Orang Lain Dan Diri Sendiri Dengan Beberapa Prinsip Yaitu:
·         Pahami Karakter diri dan Orang Lain.
Menurut Florence Littauer, dalam bukunya yang berjudul Personality Plus, karakter/watak berbeda dengan kepribadian. Karakter adalah diri kita yang sesungguhnya, sedangkan kepribadian adalah seperti pakaian yang kita kenakan. Kepribadian dapat kita ubah, sedangkan karakter tidak. Setiap manusia memiliki keunikan masing-masing. Tidak ada dua orang yang sama persis. Setiap orang dilahirkan dengan ciri khas karakter sendiri. Karakter kita tidak akan berubah. Yang bisa berubah adalah kepribadian kita. 
·         Ciptakan Spiral Kehidupan Positif.
Kehidupan ini seperti layaknya sebuah spiral. Kadang-kadang spiral positif, yaitu spiral yang membesar ke atas. Hal ini terjadi ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, kita menjadi semakin percaya diri dan optimis, dan hidup kita menjadi penuh berkat, akibatnya kita memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan menjadikan hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih baik. Sebaliknya spiral negatif, atau spiral yang mengecil ke atas, ketika segala sesuatu menjadi tidak beres dan kacau, kehidupan kita penuh dengan kegagalan dan kesulitan, kita menjadi semakin tertekan dan akibatnya mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain. 
·         Fokus pada Kekuatan bukan Kelemahan.
Untuk membangun hubungan yang kokoh dan berlanjut untuk masa yang panjang, kita perlu kemampuan untuk memfokuskan diri pada kekuatan kita atau kekuatan orang lain, bukan pada kelemahan. Cobalah untuk mempelajari apa yang menjadi kekuatan kita dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu kita harus juga dapat melihat kekuatan atau hal-hal positif yang dimiliki orang lain, sehingga kita dapat bersikap adil terhadap setiap orang. Karena setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Dengan memfokuskan pada kekuatan, kita dapat senantiasa memperkuat fondasi dari setiap hubungan yang kita bangun dengan orang lain.
·         Kembangkan Komunikasi Empatik.
Salah satu kebiasaan manusia yang efektif yang dirumuskan oleh Stephen Covey (7 Habits of Highly Effective People) adalah prinsip komunikasi empatik, yang berarti berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Hal ini memerlukan perubahan paradigma yang sangat mendalam. Kita biasanya berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang mendengarkan orang lain tidak dengan maksud untuk mengerti, mereka mendengar dengan maksud untuk menjawab. Orang Jawa mengenal prinsip ini dengan istilah tepo sliro, artinya kita menempatkan diri kita pada situasi orang lain, sehingga kita bisa lebih memahami perilaku orang lain kepada kita.
·         Pujian yang Tulus dan Teguran yang Tepat.
 Kita dapat membuat orang lain atau diri kita sendiri menjadi lebih baik dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Peliharalah hubungan Anda dengan orang lain. Pelihara dan rawatlah hubungan pribadi kita. Kapan terakhir kita mengatakan kepada istri bahwa kita mencintainya? Kapan terakhir mengatakan kepada seseorang bahwa kita berterima kasih atas dukungan, perhatian, dan kerja samanya? Jika hal ini dikatakan dengan sepenuh hati dapat menjadi sangat berarti.
·         Kehidupan Seperti Gema.
Kehidupan adalah seperti gema. Apa yang kita kirimkan ke luar – kembali lagi. Apa yang kita tabur – kita panen. Apa yang kita berikan – kita peroleh. Apa yang kita lihat pada diri orang lain – ada dalam diri kita. Merupakan hukum alam bahwa apa yang kita terima dari orang lain adalah akibat dari apa yang kita berikan. Kita bisa mendapatkan segala-galanya yang kita inginkan dalam kehidupan, jika kita cukup banyak membantu orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan.
·         Mulai dengan Apa yang dipikirkan.
Jika apa yang Anda pikirkan mengenai orang lain berubah, maka sikap dan tindakan mereka terhadap Anda juga akan berubah. Karena manusia sangat sensitif satu sama lain dalam banyak hal, kita biasanya sangat peka terhadap apa yang dipikirkan oleh satu sama lainnya. 
ü  MANFAAT RESPEK TERHADAP DIRI  SENDIRI  DAN ORANG LAIN
Memiliki rasa hormat (Respek) pada diri sendiri akan membimbing moral kita dan dapat memahami diri sendiri sehingga mengetahui kelemahan dan kekurangan diri sendiri serta potensi dan kemampuan yang ada dalam diri sendiri. memiliki rasa hormat (respek) terhadap orang lain akan menjaga sikap sopan santun kita dalam menjalin hubungan atau interaksi dengan orang lain sehingga tercipta kerukunan dan kedamaian hidup dalam bersosial.
4. a. Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah Konsep Diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.
b. Bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang dimilikinya begitupun dengan siswa yaitu memiliki kebebasan dalam memilih serta bertanggung jawab dan menerima resiko atas pilihannya. Pihak diluar diri tidak bisa memaksakan walau bagaimanapun berusahanya. Maka seorang guru yang menyadari akan hal ini, berusaha menyajikan KBM dengan mempertimbangkan bahwa KBM yang diselenggarakannya akan menjadi pilihan bagi siswa-siswanya. Kecuali apabila pilihannya adalah menyerahkan penentuan pilihan pada suatu yang diluar dirinya (mengikuti kebanyakan orang, mengikuti bapak-bapak/nenek moyang/lingkungan tanpa pengetahuan sedikit pun). Pada saat itu siswa sudah tidak menjadi subjek. Dan tidak ada jaminan selamat bagi manusia jika ia menyerahkan penentuan ”nasib” dirinya pada ”lingkungan”.
 c. Siswa perlu mengenal karakteristik pribadi (intelektual, bakat, kepribadian,minat, dll) untuk mendukung cita-cita dan karirnya, karena dengan mengenal karakteristik pribadi memudahkan siswa tersebut mengambil keputusan yang tepat. Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm). Jika seorang siswa mengambil keputusan yang berkaitan dengan cita-cita dan karirnya tanpa mengenal karakteristik pribadinya terlebih dahulu, adakemungkinan keputusan yang diambil tidak akan sesuai dengan kondisi siswa, berikut ini manfaat mengenal karakteristik pribadi diri sendiri siwa :
·      Mengetahui kelebihan yang siswa miliki dan bias meningkatkannya
·      Mendeteksi kelemahan siswa dan memperbaikinya
·      Mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri siswa dan mengoptimalkannya untuk kesuksesan siswa dalam karir dan kehidupannya
·      Menyadarkan siswa bahwa dirinya masih memiliki banyak kekurangan sehingga pantang untuk bersikap sombong dan merendahkan orang lain.
·      Dapat mengetahui jenis pekerjaan apa yang paling cocok dengan kepribadian karakter siswa, sehinnga siswa melakukan pekerjaan tersebut dengan bahagia
·      Dapat menempatkan diri dalam menjalin relasi dengan orang lain sehingga dapat membantu kesuksesan siswa tersebut
·      Mengenal pribadi diri sendiri siswa dapat membantu untuk berkompromi dengan pribadi siswa dan orang lain dalam berbagai situasi























UJIAN TENGAH SEMESTER

Diajukan sebagai tugas UTS
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling
                                              Dosen           : Anne Hafina, DR., M.PD
Oleh 
                                              Nama           : Ririn Surini
                                              NIM              : 1001454






JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012