JAWABAN
1. a. Bimbingan dan konseling memiliki
posisi penting dalam pendidikan disekolah, yaitu sebagai
pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan
intelektual siswa. Adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat tercapainya
perkembangan peserta didik yangoptimal, sehingga pencapaian tujuan pendidikan
dapat berjalan lancar
Bimbingan
konseling (BK) sebenarnya telah ditempatkan pada posisi yang penting dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah, Pada dasarnya disekolah ada tiga komponen
yang sangat penting yang dapat mewarnai suatu sekolah yaitu pertama Manajemen
dan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, kedua bidang pendidikan
dan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru bidang studi, dan yang ketiga adalah
bidang pembinaan kesiswaan yang dilaksanakan oleh seluruh personil sekolah baik
tenaga pendidik maupun non kepenndidikan. Dari ketiga bidang tersebut
keberadaan BK ada pada bidang ketiga yaitu pembinaan kesiswaan berkaitan dengan
pembentukan sikap kepribadian dan pengembangan bakat minat dalam upaya
pengembangan dirinya secara optimal. Ketiga bidang tersebut seharunya mampu
berjalan sinergis dan integral saling berhubungan, harmonis dalam mencapai
tujuan pendidikan disekolah. Namun pada kenyataanya pelaksanaan BK
disekolah masih banyak mengalami hambatan dan kritikan dikalangan siswa,
masyarakat dan bahkan teman sejawat sendiri seperti guru dan kepala
sekolah yang merasa belum merasa puas dengan kinerja BK disekolah. Hal
ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi guru BK untuk dapat merefleksi
diri tentang kinerjanya selama ini disekolah, bagaimana supaya keberadaan BK di
sekolah dapat dirasakan manfaatnya terutama oleh siswa rekan sejawat dan
masyarakat.
b.
Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada peserta didik
dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami dirinya
sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan. Upaya bantuan ini dilakukan secara
terencana dan sistematis untuk semua peserta didik berdasarkan identifikasi
kebutuhan mereka, pendidik, institusi dan harapan orang tua dan dilakukan oleh
seorang tenaga profesional bimbingan dan konseling yaitu konselor.
Prof.Dr.H.Prayitno,M.Sc.Ed dalam bukunya “Dasar-dasar Bimbingan dan konseling”
(1994) menyatakan bahwa “tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk
membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan
bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang
keluarga, pendidikan, status social ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan
positif lingkungannya. Dalam hal ini bimbingan dan konseling membantu individu
untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai
wawasan, pandangan, interprestasi,pilihan, penyesuaian, dan ketrampilan yang
tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.” Melihat dari apa yang
diuraikan di atas dan membandingkannya dengan kenyataan yang ada di lingkungan
pendidikan kita saat ini, masih banyak permasalahan-permasalahan atau
kesalahpahaman dalam bidang bimbingan dan konseling ini. Permasalahan itu
timbul mungkin karena bimbingan dan konseling itu digeluti oleh berbagai pihak
dengan latar belakang yang sangat bervariasi.Disamping itu juga kurangnya
literatur sehingga pemahaman mereka tentang bimbingan dan konseling kurang.
Sabar Rutoto dalam tulisannya yg berjudul “Menyongsong Pelayanan Bimbingan
Konseling Sekolah di Era Modern” di Majalah Ilmiah Pawiyatan, menyatakan :
Kenyataan dilapangan menunjukan masih adanya titik lemah dalam pelaksanaan BK.
Kelemahan itu diantaranya adalah masih banyak tenaga pelaksana tidak
berpendidikan khusus bimbingan : kalau ada tenaga khusus bmbingan mereka
berpendidikan jenjang sarjana angkatan tahun delapan puluhan yang note bene
materi pada waktu itu masih minim. Ada tenaga berkualifikasi penuh tetapi
jumlahnya kurang dibandingkan dengan jumlah siswa yang harus dilayani atau mereka
harus merangkap mengajar atau tugas-tugas lain yang tidak ada
relevansinya.
c. Di sekolah, tugas dan
tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa.
Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat
bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah
satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam
bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru
mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus
manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas
dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
adalah :
·
Membantu memasyarakatkan
pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
·
Membantu guru
pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut
·
Mengalih tangan kasuskan
siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru
pembimbing/konselor
·
Menerima siswa alih
tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru
pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti
pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan)
·
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan
guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling
·
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada
siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti
/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu
·
Berpartisipasi dalam
kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus
·
Membantu pengumpulan
informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan
konseling serta upaya tindak lanjutnya
2.
a. Pengertian komperehensif adalah Program bimbingan
dan konseling yang berbasis pada pendekatan komprehensif, meliputi empat
komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan
responsif; (3) perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem. Keempat
komponen program tersebut, dalam konteks memfasilitasi perkembangan konseli
secara optimal, dapat dijelaskan dalam bagan berikut:
1. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang
diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam
menjalani kehidupannya. Penggunaan instrumen assesmen perkembangan dan kegiatan
tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi
komponen ini. Assesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan
pengembangan pengalaman terstruktur yang disebutkan.
2. Pelayanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada
konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan
dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam
proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling crisis,
konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah
ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
3. Pelayanan Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada
konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan
dirinya, serta pemahaman akan peluang dan desempatan yang tersedia di
lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan segala
karakteristiknya, penafsiran hasil assesmen dan penyediaan informasi yang
akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan
sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam
mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan
khusus konseli. Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan,
kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.
4. Dukungan Sistem
Ketiga komponen di atas merupakan pemberian bimbingan dan
konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan
komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya
Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional
konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan
kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam
memperlancar penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personil
pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan
di sekolah. Dukungan sistem meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking);
(b) kegiatan manajemen; dan (c) riset dan pengembangan.
Pengertian Perkembangan adalah Perkembangan merupakan pola
perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang
hayat dan bersifat involusi ( Santrok Yussen. 1992). Dengan demikian
perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu dari proses
bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai ahir hayat yang
bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam diri individu.
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas
serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock
). Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang
terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman
yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang
menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang
menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat
yang baru, yang berbeda dari sebelumnya ( Kasiram, 1983 : 23), menandung arti
bahwa perkembangan merupakan peubahan sifat indiviu menuju kesempurnaan yang
merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian perkembangan yaitu merupakan perubahan individu kearah yang lebih
sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya individu sampai ahir hayat dan
berlangsung secara terus menerus.
b. Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggungjawab
terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program
layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena
posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling
berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam
melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau
peningkatan layanan bimbingan dan konseling. Ia membantu mengembangkan
kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolahnya.
Secara lebih terperinci, Dinmeyer
dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan peranan dan tanggung jawab
kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai
berikut:
1. Memberikan support administratif,
memberikan dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling;
2. Menentukan staf yang memadai, baik
segi profesinya maupun jumlahnya menurut keperluannya;
3. Ikut serta dalam menetapkan dan
menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;
4. Mendelegasikan tanggung jawab kepada
“guidance specialist” atau
konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling;
5. Memperkenalkan peranan para
konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid, dan masyarakat
melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid atau dalam bulletin-buletin
bimbingan dan konseling;
6. Berusaha membentuk dan menjalin
hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara para konselor, guru
dan pihak lain yang berkepentingan dengan layanan bimbingan dan
konseling;
7. Menyediakan fasilitas dan material
yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling;
8. Memberikan dorongan untuk
pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan hubungan antar manusia untuk
menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif (dalam hal ini berarti
kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam
lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana dalam
kelas);
9. Memberikan penjelasan kepada semua
staf tentang program bimbingan dan konseling dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh
staf sekolah;
10. Memberikan dorongan dan semangat
dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman
bimbingan dan konseling, baik klasikal, kelompok maupun individual;
11. Penanggung jawab dan pemegang disiplin
di sekolah dengan memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah laku
siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.
Sementara
itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992), mengemukakan peranan dan
tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah sebagai berikut:
1. Menyediakan fasilitas untuk
keperluan penyelenggaraan bimbingan dan konseling;
2. Memilih dan menentukan para
konselor;
3. Mengembangkan sikap-sikap yang favorable di antara para guru,
murid, dan orang tua murid/masyarakat terhadap program bimbingan dan konseling;
4. Mengadakan pembagian tugas untuk
keperluan bimbingan dan konseling, misalnya para petugas untuk membina
perpustakaan bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan sebagainya;
5. Menyusun rencana untuk mengumpulkan
dan menyebarluaskan infomasi tentang pekerjaan/jabatan;
6. Merencanakan waktu (jadwal) untuk
kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling;
7. Merencanakan program untuk
mewawancarai murid dengan tidak mengganggu jalannya jadwal pelajaran
sehari-sehari.
Dari
uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai berikut:
1. Staff
selection. Memilih
staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang cocok untuk melaksanakan
tugasnya. Termasuk disini mengadakan analisa untuk mengetahui apakah diantara
staf yang ada terdapat orang yang sanggup melakukan tugas yang lebih spesialis.
2. Description
of staff roles.
Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan membagi tanggung jawab.
Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah dapat meminta bantuan kepada
anggota staf yang lain.
3. Time and
facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu
dan fasilitas untuk kepentingan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
4. Interpretation
of program.
Menginterpretasikan program bimbingan dan konseling kepada murid-murid yang
diberi pelayanan, kepada masyarakat yang membantu program bimbingan dan
konseling. Dalam menginterpretasikan program bimbingan dan konseling mungkin
perlu bantuan dari staf bimbingan dan konseling, tetapi tanggung jawab terletak
pada kepala sekolah sebagai administrator. (R.N. Hatch dan B. Stefflre, dalam
Kusmintardjo, 1992)
c.
Beberapa hasil penelitian tentang
iklim kehidupan keluarga dan tentang pola perlakuan orang tua terhadap anak
antara lain yang dilakukan oleh Sunaryo Kartadinata (1984), Syamsu Yusuf
(1987), dan Agus Taufik (1991) menunjukkan bahwa iklim kehidupan keluarga yang
kooperatif antara orang tua dan guru, memberi pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan belajar anak di sekolah. Hasil penelitian tersebut jyga mendukung
hasil penelitian Boy dan Angelo (1978) tentang bentuk-bentuk peran yang
diharapkan dilakukan oleh orang tua siswa dalam rangka pelaksanaan pendidikan
sekolah pada umumnya dan bimbingan pada khususnya, antara lain sebagai berikut
:
·
Mengadakan
Konsultasi
Pada waktu-waktu tertentu atau
secara periodik, orang tua mengadakan komunikasi dengan sekolah terutama guru,
baik diminta pihak sekolah maupun tidak untuk mengetahui perkembangan belajar
siswa.
·
Memberi
Balikan
Orang tua seyogianya memberikan
balikan kepada guru tentang aktivitas belajar dan kemajuan belajar yang dicapai
oleh anak.
·
Menjadi
Sumber Belajar
Orang tua yang memiliki kemampuan,
keahlian atau keterampilan tertentu, bisa berperan sebagai sumber belajar atau
latihan bagi siswa.
·
Berbagi
Informasi
Ada kalanya orang tua siswa adalah
seorang yang terpelajar, mungkin berprofesi sebagai guru, sarjana psikologi
atau ahli pertanian. Biasanya kaum terpelajar seperti itu sangat peduli
terhadap pendidikan, mereka suka membaca dan berdiskusi tentang isu-isu atau
masalah-masalah pendidikan. Para guru sebaiknya mengambil inisiatif untuk
berbagi pendapat dan informasi tentang karakteristik anak dan cara
membelajarkan anak.
·
Mengetahui
Jadwal Belajar
Orang tua harus mengetahui jadwal
kegiatan belajar dan kegiatan lainnya yang diikuti oleh anak di sekolah. Dia
harus yakin pada hari tertentu dan pada jam tertentu anaknya sedang belajar
atau berada di sekolah untuk melakukan kegiatan tertentu yang bermanfaat, bukan
di tempat yang salah.
·
Mengetahui
Kondisi Sekolah
Orang tua tidak hanya cukup
mengetahui bahwa anaknya belajar di sekolah tertentu tanpa mengetahui bagaimana
sesungguhnya kondisi fisik dan lingkungan sekolah anaknya.
·
Berdialog
dengan Anak
Baik orang tua maupun anak, memiliki
kebutuhan untuk saling mengetahui dan saling memperhatikan bagaimana tugas dan
aktivitasnya masing-masing. Pada waktu-waktu tertentu, orang tua harus
mengambil inisiatif untuk berdialog dengan anaknya, menanyakan bagaimana
kegiatan belajarnya baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini penting dilakukan
agar ada slaing pengertian antara orang tua dan anak.
·
Memberi
Ganjaran atau Balikan kepada Anak
Seringkali seorang anak merasa senng
dan meminta ganjaran atau balikan dari orang tuanya atas keberhasilan/kegagalan
belajar yang dicapainya.
·
Memberi
Bantuan atau Dukungan yang Dibutuhkan oleh Anak
Pada saat-saat tertentu anak
mengalami kesulitan, hambatan dan kendala tertentu baik dalam rangka kegiatan
belajarnya maupun kegiatan sosiala pribadinya. Orang tua sebaiknya memberi
bantuan dan atau dukungan yang diperlukan oleh anak.
·
Mengembangkan
Kebiasaan Belajar yang Baik
Kebiasaan yang terbentuk pada masa
sekolah akan menentukan kepribadian atau karakternya di masa depan. Demikian
halnya dalam hal belajar. Jika kebiasaan belajarnya baik pada waktu di SD maka
besar kemungkinan akan baik pada masa-masa berikutnya.
·
Berupaya
Memenuhi Perlengkapan Belajar
Orang tua harus berupaya sekuat
tenaga untuk memenuhi perlengkapan belajar yang diperlukan oleh anak. Memang
sekarang mungkin memberatkan bebannya, namun di masa mendatang orang tua dan
anak akan memetik hasilnya.
·
Menerima
dan Menghargai Individualitas Anak
Anak memiliki hak untuk dihargai dan
diterima sebagaimana adanya. Dengan penerimaan dan penghargaan yang tulus,
wajar, dan normatif maka anak akan berkembang menjadi manusia yang bermartabat.
Orang tua berkewajiban memperlakuakan anaknya dengan penerimaan dan penghargaan
tanpa syarat.
·
Memperlakukan
Anak Sesuai Norma Sosial
Sebaiknya orang tua tetap waspada
dan secara konsisten memperlakukan anak sesuai dengan norma agama yang dianut
dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.
·
Membantu
Warga Masyarakat
Bagi orang tua siswa yang mampu,
sebaiknya dia memberi bantuan tertentu kepada masyarakat yang tidak mampu
membiayai keperluan sekolah anaknya.dalam hal ini guru dapat mengindentifikasi
orang tua siswa yang dianggap mampu dan memberi ajakan sedemikian rupa supaya
mau membantu orang yang tidak mampu memenuhi keperluan sekolah anaknya.
3. a. Layanan dasar bimbingan diartikan
sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all)
melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”.
Layanan ini bertujuan untuk membantu
semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang
sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain
membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara
rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar : (1)
memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk
mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi
kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka
mencapai tujuan hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi,
sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan
dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi
yang diberikan, disamping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi,
dan belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa SLTP/SLTA, yaitu yang
menyangkut karir. Materi-materi tersebut, di antaranya : (a) fungsi agama bagi
kehidupan, (b) pemantapan pilihan program studi, (c) keterampilan kerja
profesional, (d) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam
menghadapi pekerjaan, (e) perkembangan dunia kerja, (f) iklim kehidupan dunia
kerja, (g) cara melamar pekerjaan, (h) kasus-kasus kriminalitas, (i) bahayanya
perkelahian masal (tawuran), dan (j) dampak pergaulan bebas. Materi lainnya
yang dapat diberikan kepada para siswa adalah sebagai berikut:
·
Pengembangan self-esteem
·
Pengembangan
motif berprestasi
·
Keterampilan
pengambilan keputusan
·
Keterampilan
pemecahan masalah
·
Keterampilan
hubungan antar pribadi atau berkomunikasi
·
Memahami
keragaman lintas budaya
·
Perilaku
yang bertanggung jawab
b. Melalui program
menghargai diri sendiri dan orang lain siswa dapat memperoleh manfaatnya,
antara lain : Respek adalah rasa hormat. Bukan sekedar hormat saja, tapi juga
hormat yang disertai rasa kekaguman. Bisa dibilang ini adalah tingkat lanjutan
dari simpati. Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal yang
dilihat secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang tertentu baru
muncul setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si orang yang
direspek dengan lebih dalam. Misalnya setelah berkenalan dengan seorang teman,
kemudian dalam tempo waktu tertentu menyadari bahwa dia ahli dalam suatu
bidang, bisa jadi timbul rasa respek terhadap teman itu. Respek tidak sama
dengan rasa takut. Rasa hormat dan penghargaan adalah kasih sayang dan
kesadaran bahwa diri adalah bagian dari sebuah masyarakat, dalam hal ini, masyarakat
sekolah.
Jadi
kesimpulannya, respek terhadap diri sendiri adalah rasa hormat dan kagum
terhadap kemampuan diri sendiri. Sedangkan respek terhadap orang lain adalah
rasa hormat-menghormati serta mengagumi kepribadian orang lain.
ü Cara
Menghargai (respek) Diri sendiri dan Orang Lain
Adapun cara yang dapat
kita lakukan untuk menhargai diri kita sendiri atau respek terhadap diri
sendiri yaitu:
·
Menerima diri apa adanya
Sebagian besar manusia
dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan
mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan
bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada
keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya.
kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya.
·
Menghindari perilaku yang merusak diri.
Tanpa disadari, kita
sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri. Misalnya, cara berkendara
yang ugal-ugalan.
·
Memupuk rasa malu.
Rasanya tidak
berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu
indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita
skizofrenia.. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan
melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih
adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya
secara tepat. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga
harga diri kita sendiri.
·
Menjaga nama baik.
Tidak ada yang mau
menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama sudah
tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi kita. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya untuk menjaga nama baik.
·
Menjaga perilaku tetap baik.
Hadiah paling indah
yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan
selama hidup.
·
Kenali Diri Sendiri
Mengenali diri
merupakan sebuah proses yang menuntut kejujuran kita dalam melihat dan
mengevaluasi diri. Hanya dengan kejujuran inilah kita bisa mengidentifikasi
keunggulan kita dan hal-hal dalam diri kita yang masih perlu kita perbaiki
ataupun kembangkan lebih lanjut.
·
Menghargai Diri sebagai Ciptaan Tuhan
Menghargai diri sebagai
ciptaan Tuhan membuat kita tetap rendah hati walaupun telah diberi kesempatan
menikmati banyak kesuksesan. Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan juga dapat
membuat kita lebih tegar dalam menyikapi kelemahan kita.
·
Sadari bahwa kita ini unik
Yakinlah bawwa diri
kita adalah unik dan tidak ada yang bisa menduplikasi dari keunikan kita. Dari
jumlah manusia yang milyar angkanya , tidak ada yang seperti kita sebelum kita
hadir di dunia ini, dan tidak ada yang seperti kita pada saat kita ada didunia
ini, lebih lagi di masa akan datang tidak aka nada yang bergerak, berbicara dan
berpikir sama persis seperti kita.
·
Atasi Kelemahan diri
Kita seringkali tidak
mau mengakui kelemahan kita. Kita sering kali mengandalkan penilaian orang lain
semata terhadap kelemahan kita. Padahal sebenarnya jika kita jujur, kitalah
orang yang seharusnya lebih tahu kelemahan kita sendiri. Jika kita jujur, kita
mungkin mendapatkan bahwa kelemahan kita mungkin saja bukan kelemahan, tetapi
kesalahan yang kita lakukan
·
Kembangkan Diri Anda
Setelah kita mampu
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kita, kita perlu membiarkan diri kita
dibentuk menjadi lebih baik. Dalam hal ini kita tidak bisa melakukannya
sendirian. Selain berusaha, kita perlu juga mengandalkan Sang Pencipta untuk
membantu usaha pengembangan diri kita.
Adapun cara untuk
meraih respek terhadap orang lain adalah:
• Jangan orang menghina
atau mengolok-olok mereka.
• Mendengarkan orang
lain ketika mereka berbicara.
• Nilai orang lain
pendapat.
• Pertimbangkan
kesukaan dan ketidaksukaan orang lain.
• Jangan mengejek atau
menggoda orang .
• Jangan bicara tentang
orang-orang di belakang mereka .
• Jadilah peka terhadap
perasaan orang lain .
• Jangan menekan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia tidak ingin melakukannya
beberapa cara kita bisa
menghormati orang yang berbeda dari kita:
• Cobalah untuk belajar
sesuatu dari orang lain .
• Jangan Pernah
stereotip orang .
• Menunjukkan minat dan
penghargaan untuk budaya dan latar belakang orang lain.
• Jangan pergi bersama
dengan prasangka dan sikap rasis
ü PRINSIP
MEMBINA HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN MAUPUN DIRI SENDIRI
Untuk Mendapatkan Respek
Terhadap Diri Sendiri Maupun Orang Lain Terlebih Dahulu Kita Menjalin Hubungan
Dengan Orang Lain Dan Diri Sendiri Dengan Beberapa Prinsip Yaitu:
·
Pahami Karakter diri dan Orang Lain.
Menurut Florence
Littauer, dalam bukunya yang berjudul Personality Plus, karakter/watak berbeda
dengan kepribadian. Karakter adalah diri kita yang sesungguhnya, sedangkan
kepribadian adalah seperti pakaian yang kita kenakan. Kepribadian dapat kita
ubah, sedangkan karakter tidak. Setiap manusia memiliki keunikan masing-masing.
Tidak ada dua orang yang sama persis. Setiap orang dilahirkan dengan ciri khas
karakter sendiri. Karakter kita tidak akan berubah. Yang bisa berubah adalah
kepribadian kita.
·
Ciptakan Spiral Kehidupan Positif.
Kehidupan ini seperti
layaknya sebuah spiral. Kadang-kadang spiral positif, yaitu spiral yang
membesar ke atas. Hal ini terjadi ketika segala sesuatu berjalan dengan baik,
kita menjadi semakin percaya diri dan optimis, dan hidup kita menjadi penuh
berkat, akibatnya kita memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan
menjadikan hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih baik. Sebaliknya
spiral negatif, atau spiral yang mengecil ke atas, ketika segala sesuatu
menjadi tidak beres dan kacau, kehidupan kita penuh dengan kegagalan dan
kesulitan, kita menjadi semakin tertekan dan akibatnya mempengaruhi hubungan
kita dengan orang lain.
·
Fokus pada Kekuatan bukan Kelemahan.
Untuk membangun
hubungan yang kokoh dan berlanjut untuk masa yang panjang, kita perlu kemampuan
untuk memfokuskan diri pada kekuatan kita atau kekuatan orang lain, bukan pada
kelemahan. Cobalah untuk mempelajari apa yang menjadi kekuatan kita dalam
berhubungan dengan orang lain. Selain itu kita harus juga dapat melihat
kekuatan atau hal-hal positif yang dimiliki orang lain, sehingga kita dapat
bersikap adil terhadap setiap orang. Karena setiap orang memiliki kekuatan dan
kelemahan masing-masing. Dengan memfokuskan pada kekuatan, kita dapat
senantiasa memperkuat fondasi dari setiap hubungan yang kita bangun dengan
orang lain.
·
Kembangkan Komunikasi Empatik.
Salah satu kebiasaan
manusia yang efektif yang dirumuskan oleh Stephen Covey (7 Habits of Highly
Effective People) adalah prinsip komunikasi empatik, yang berarti berusaha
mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Hal ini memerlukan perubahan
paradigma yang sangat mendalam. Kita biasanya berusaha lebih dahulu untuk
dimengerti. Kebanyakan orang mendengarkan orang lain tidak dengan maksud untuk
mengerti, mereka mendengar dengan maksud untuk menjawab. Orang Jawa mengenal
prinsip ini dengan istilah tepo sliro, artinya kita menempatkan diri kita pada
situasi orang lain, sehingga kita bisa lebih memahami perilaku orang lain
kepada kita.
·
Pujian yang Tulus dan Teguran yang
Tepat.
Kita dapat
membuat orang lain atau diri kita sendiri menjadi lebih baik dengan cara
memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif.
Peliharalah hubungan Anda dengan orang lain. Pelihara dan rawatlah hubungan
pribadi kita. Kapan terakhir kita mengatakan kepada istri bahwa kita
mencintainya? Kapan terakhir mengatakan kepada seseorang bahwa kita berterima
kasih atas dukungan, perhatian, dan kerja samanya? Jika hal ini dikatakan
dengan sepenuh hati dapat menjadi sangat berarti.
·
Kehidupan Seperti Gema.
Kehidupan adalah
seperti gema. Apa yang kita kirimkan ke luar – kembali lagi. Apa yang kita
tabur – kita panen. Apa yang kita berikan – kita peroleh. Apa yang kita lihat
pada diri orang lain – ada dalam diri kita. Merupakan hukum alam bahwa apa yang
kita terima dari orang lain adalah akibat dari apa yang kita berikan. Kita bisa
mendapatkan segala-galanya yang kita inginkan dalam kehidupan, jika kita cukup
banyak membantu orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan.
·
Mulai dengan Apa yang dipikirkan.
Jika apa yang Anda
pikirkan mengenai orang lain berubah, maka sikap dan tindakan mereka terhadap
Anda juga akan berubah. Karena manusia sangat sensitif satu sama lain dalam
banyak hal, kita biasanya sangat peka terhadap apa yang dipikirkan oleh satu
sama lainnya.
ü MANFAAT
RESPEK TERHADAP DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
Memiliki rasa hormat
(Respek) pada diri sendiri akan membimbing moral kita dan dapat memahami diri
sendiri sehingga mengetahui kelemahan dan kekurangan diri sendiri serta potensi
dan kemampuan yang ada dalam diri sendiri. memiliki rasa hormat (respek)
terhadap orang lain akan menjaga sikap sopan santun kita dalam menjalin
hubungan atau interaksi dengan orang lain sehingga tercipta kerukunan dan
kedamaian hidup dalam bersosial.
4.
a. Salah satu penentu dalam
keberhasilan perkembangan adalah Konsep Diri. Konsep
diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan
fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki
dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai
kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada
cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap
negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang
mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena
interaksi dengan lingkungannya.
b.
Bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan dari berbagai
alternatif yang dimilikinya begitupun dengan siswa yaitu memiliki kebebasan
dalam memilih serta bertanggung jawab dan menerima resiko atas pilihannya.
Pihak diluar diri tidak bisa memaksakan walau bagaimanapun berusahanya. Maka
seorang guru yang menyadari akan hal ini, berusaha menyajikan KBM dengan
mempertimbangkan bahwa KBM yang diselenggarakannya akan menjadi pilihan bagi
siswa-siswanya. Kecuali apabila pilihannya adalah menyerahkan penentuan pilihan
pada suatu yang diluar dirinya (mengikuti kebanyakan orang, mengikuti
bapak-bapak/nenek moyang/lingkungan tanpa pengetahuan sedikit pun). Pada saat
itu siswa sudah tidak menjadi subjek. Dan tidak ada jaminan selamat bagi
manusia jika ia menyerahkan penentuan ”nasib” dirinya pada ”lingkungan”.
c. Siswa perlu mengenal karakteristik pribadi (intelektual, bakat, kepribadian,minat, dll) untuk mendukung
cita-cita dan karirnya, karena dengan mengenal karakteristik pribadi memudahkan
siswa tersebut mengambil keputusan yang tepat. Menurut William D.
Brooks bahwa pengertian konsep
diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan
Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan
tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri
sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan
bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita
harapkan.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai
keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu
terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki
individu (Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm). Jika seorang siswa mengambil
keputusan yang berkaitan dengan cita-cita dan karirnya tanpa mengenal
karakteristik pribadinya terlebih dahulu, adakemungkinan keputusan yang diambil
tidak akan sesuai dengan kondisi siswa, berikut ini manfaat mengenal karakteristik
pribadi diri sendiri siwa :
·
Mengetahui kelebihan yang siswa miliki dan bias
meningkatkannya
·
Mendeteksi kelemahan siswa dan memperbaikinya
·
Mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri siswa dan
mengoptimalkannya untuk kesuksesan siswa dalam karir dan kehidupannya
·
Menyadarkan siswa bahwa dirinya masih memiliki banyak
kekurangan sehingga pantang untuk bersikap sombong dan merendahkan orang lain.
·
Dapat mengetahui jenis pekerjaan apa yang paling cocok dengan
kepribadian karakter siswa, sehinnga siswa melakukan pekerjaan tersebut dengan
bahagia
·
Dapat menempatkan diri dalam menjalin relasi dengan orang
lain sehingga dapat membantu kesuksesan siswa tersebut
·
Mengenal pribadi diri sendiri siswa dapat membantu untuk
berkompromi dengan pribadi siswa dan orang lain dalam berbagai situasi
UJIAN TENGAH SEMESTER
Diajukan
sebagai tugas UTS
Mata Kuliah : Bimbingan dan
Konseling
Dosen : Anne Hafina, DR., M.PD
Oleh
Nama : Ririn Surini
NIM : 1001454
JURUSAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2012